
Dalam mengajar dan mengasuh Pesma “An-Nur” tak pernah terlintas dalam pikiran saya untuk dihormati para santri dan alumninya. Saya mengajar secara alami sesuai tuntunan al-Zarnuji dalam Ta’lim al-Muta’allim. Hormat guru yang diantaramya dibuktikan dengan selalu mendoakannya setiap waktu dan silaturrahim jika ada kesempatan adalah tradisi pesantren yang dipraktikkan oleh hampir seluruh santri dan alumni “An-Nur”. Tentu saya tidak hafal nama seluruh santri, apalagi alumninya. Tapi saya selalu ingat wajahnya, jika seseorang pernah nyantri di An-Nur.
Dalam setiap pelepasan حفلة التخريج saya selalu mengingatakan 2 hal. Pertama, antara guru-murid harus selalu terpatri hubungan rohani yang tak bisa dipisahkan, yang masing-masing saling mendoakan untuk kebaikan. Kedua, guru dan murid dimanapun mereka berada dan prestasi apapun yang diraih, masing-masing tidak berhenti belajar dan mengajar. Rupanya pesan ini membekas pada hati para alumni An-Nur.
Untuk itulah Sanuddin alumni tahun 2006 an yang sekarang menjadi Kepala KUA di salah satu kecamatan di kota Buton Sulawesi Tenggara, setiap berkunjung ke Surabaya ia selalu menyempatkan diri untuk ketemu saya. Saya sangat bahagia, karena pesan yang pernah saya sampaikan membekas dalam hati dan pikirannya. Memang seperti inilah tradisi pesantren yang seharusnya selalu kita proteksi keberlanjutannya.Semoga seluruh alumni dan santri An-Nur selalu diberi kekuatan untuk selalu dapat melaksanakan seluruh perintah Allah sekaligus menghindari laranganNya, serta dapat memberi manfaat bagi sesama apapun pekejaan dan kedudukannya di tengah masyarakat. Amin Allahumma amin.