
Mengingat kaum Muslim awal beretnik Arab, maka gerak ekspansi yang mereka lakukan bertumpu pada bahasa Arab yang juga menjadi bahasa Alquran. Saat itu menyebarkan bahasa Arab identik dengan menyebarkan Alquran. Kebijakan politik khilafah Umayah untuk memurnikan semua institusi negara dengan ‘Arab sentris’ menjadi penyangga utama kebijakan politiknya. Ini punya konsekuensi tersebarnya bahasa Arab pada semua lapisan masyarakat bersamaan dengan maraknya studi Alquran.
Kebijakan untuk menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa resmi membawa dampak tereliminasinya bahasa budaya sebelum Islam seperti bahasa Asyuri, Akadi, Egypt dan Persi. Khilafah Umayah menjadi perintis naiknya bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi dan komunikasi rakyat dan pejabat negara. Ketika khilafah Umayyah berakhir pada awal abad VIII M bahasa Arab sudah menjadi bahasa komunikasi di seluruh wilayah dunia Islam saat itu meliputi kawasan jazirah Arabia (termasuk kawasan yang sekarang diduduki Israel), Afrika utara dan Andalusia (saat ini menjadi wilayah otonomi Kerajaan Spanyol).
Sukses penyebaran bahasa Arab yang beriringan dengan dakwah Quraniyah belum ada padanannya dalam sejarah ekspansi budaya sebelumnya. Khilafah Abbasiyah mewarisi dominasi budaya Arab-Islam yang sulit untuk dirubah orientasinya. Pada masa khilafah Abbasiyah itulah muncul beberapa pakar geografi yang membagi dunia Islam menjadi 2 kawasan: masyriq al-‘arabi (Arab kawasan timur) dan maghrib al-‘arabi (Arab kawasan barat). Masyriq al-‘arabi meliputi Irak, Iran, Syiria Raya, Palestina, Hijaz dengan pusat Baghdad. Sedang al-maghrib al-‘arabi (Arab kawasan barat) meliputi Mesir, Ifriqiyah (saat ini: Maroko, Tunis, Algeria, libya, Sudan), dan Andalusia, dengan Cordoba sebagai pusat budayanya. Suatu kreasi geografis utk menggambarkan dominasi kekuasaan politik kaum Muslim saat itu. Wallahu a’lam.