Dalam ajaran Islam, rukun iman merupakan landasan fundamental bagi setiap Muslim. Salah satu dari enam rukun iman adalah kepercayaan terhadap hari akhir atau hari kiamat. Hari ini adalah hari yang dianggap sebagai hari pemisah dengan kehidupan dunia dan menjadi hari di mana segala sesuatunya dimintai pertanggungjawaban.
Dalam al-Qur’an, hari akhir sering dibahas di berbagai surah dan ayat. Dalam sebagian ayat telah dijelaskan beberapa tanda-tanda datangnya hari akhir dan tidak ada satu pun yang mengetahui kapan pasti datangnya kiamat. Hari akhir yang menjadi misteri dan rahasia sang pencipta telah dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Taha ayat 15:
“Sungguh, hari Kiamat itu akan datang, Aku merahasiakan (waktunya) agar setiap orang dibalas sesuai dengan apa yang telah dia usahakan.” (QS. Taha: 15)
Ayat ini menegaskan kepastian datangnya hari kiamat, namun waktunya dirahasiakan oleh Allah. Buya Hamka dalam Tafsir al-Azhar menjelaskan bahwa kerahasiaan ini dimaksudkan agar manusia tidak dihantui kekhawatiran berlebihan dan tetap menjalankan kehidupan serta ibadahnya secara normal.
Syaikh ‘Abd al-Qādir al-Jīlānī dalam Tafsīr al-Jīlānī menafsirkan ayat “Aku merahasiakan (waktunya) agar setiap orang dibalas…” dengan perspektif yang menarik. Beliau menyatakan bahwa kerahasiaan ini bertujuan agar setiap manusia, terlepas dari perbedaan kedudukan atau derajat spiritualnya (maqam) di sisi Allah, senantiasa melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Penafsiran ini menekankan universalitas tanggung jawab spiritual, sambil tetap menghormati rahasia di balik pemberlakuan kewajiban dan syariat Islam (sirr al-takālīf wa at-tasyrī’). Dengan demikian, kerahasiaan hari akhir dipandang sebagai motivasi universal untuk ketaatan dan introspeksi diri yang berkelanjutan.
Hikmah Hari Akhir
Aji Wibowo mengemukakan tiga hikmah utama dalam meyakini hari kiamat:
Pertama, Motivasi Beribadah: Keyakinan akan hari akhir mendorong manusia untuk rajin beribadah sebagai bekal kehidupan selanjutnya. Gus Baha’ menekankan bahwa di akhirat, yang terpenting adalah kenangan kita pernah bersujud kepada Allah, bukan hal-hal duniawi.
Kedua, Pencegah Kemaksiatan: Pemahaman bahwa setiap perbuatan akan mendapat balasan yang setimpal menjadi penghalang bagi manusia untuk berbuat maksiat. Al-Qur’an surah al-An’am ayat 160 menegaskan bahwa kebaikan akan dibalas berlipat ganda, sementara kejahatan hanya dibalas setimpal.
Ketiga, Ketenangan Batin: Iman kepada hari kiamat memberikan ketenangan, karena adanya keyakinan bahwa segala ketidakadilan di dunia akan diadili dengan adil oleh Allah di akhirat.
Mengimani hari akhir membawa manfaat besar bagi kehidupan seorang Muslim. Ini tidak hanya menambah keyakinan bahwa perbuatan di dunia adalah bekal untuk akhirat, tetapi juga menumbuhkan sifat ikhlas, istikamah, dan khusyuk dalam beribadah. Lebih jauh lagi, ini mendorong manusia untuk senantiasa melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya demi mencapai ridha-Nya.
Meskipun waktu datangnya hari kiamat dirahasiakan, setiap manusia pada hakikatnya menghadapi “kiamat kecil”-nya sendiri melalui kematian. Oleh karena itu, alih-alih terlalu cemas akan kapan tibanya kiamat besar, manusia dianjurkan untuk mempersiapkan diri sebaik-baiknya dalam menjalani kehidupan ini.
Keimanan terhadap hari akhir bukanlah sekadar dogma, melainkan prinsip yang memiliki dampak nyata pada cara hidup dan perilaku seorang Muslim. Ini menjadi pengingat bagi setiap individu akan pentingnya menjalani kehidupan dengan penuh tanggung jawab dan kebajikan.