Imam Ghazali Said lahir di Sampang, Madura, Jawa Timur. Sejak kecil, beliau telah menunjukkan minat besar dalam pendidikan agama. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Apa’an, beliau melanjutkan studi di Madrasah Hidayatul Mubtadin dan Sekolah Guru Agama (PGA), yang membentuk fondasi kuat dalam pemahaman keislaman.
Perjalanan akademis tersebut membawanya ke Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya. Keinginan mendalam untuk memperluas ilmu membawanya ke Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir, di mana beliau mendalami studi Islam. Beliau kemudian melanjutkan pendidikan pascasarjana di Universitas Khartoum, Sudan, dengan fokus pada pengajaran Bahasa Arab bagi penutur asing. Gelar doktor dalam bidang sejarah dan peradaban Islam diperolehnya dari UIN “Sunan Ampel” Surabaya.
Selama studi di Timur Tengah, Imam Ghazali Said berkesempatan belajar dari ulama-ulama terkemuka seperti Hasan al-Turabi, Syarif Qasim, dan Yusuf Khalifa Abu Bakr. Beliau juga memperdalam ilmu usul al-fiqh dengan Syaikh Mutawalli al-Sya’rawi serta ilmu hadis dengan Syaikh Sayyid Muhammad al-Alawi al-Maliki dan Syaikh Yasin al-Fadani.
Setelah kembali ke Indonesia, beliau mengabdikan diri sebagai pengajar di berbagai perguruan tinggi di Jawa Timur, termasuk UIN Sunan Ampel Surabaya, Universitas Darul Ulum Jombang, dan Universitas Sunan Giri Surabaya. Selain itu, beliau mendirikan dan mengasuh Pesantren Mahasiswa “An-Nur” serta Pesantren Anak Yatim “al-Bisri” di Surabaya, juga pesantren “Hidayatul Mubtadin” di Ombul, Sampang. Melalui pesantren-pesantren ini, beliau berkomitmen membina generasi muda untuk menimba ilmu dan berakhlak mulia.
Imam Ghazali Said juga aktif dalam kegiatan lintas agama dan sosial. Pada tahun 2014, beliau memimpin delegasi lintas agama dari Surabaya untuk mengunjungi Yerusalem dan berdialog dengan pemimpin agama di Vatikan. Langkah ini merupakan wujud nyata upayanya dalam mempromosikan perdamaian dan toleransi antarumat beragama.
Sebagai penulis, beliau telah menghasilkan berbagai karya tentang sejarah, studi Islam, dan Bahasa Arab. Melalui tulisan-tulisannya, beliau berusaha menyebarkan nilai-nilai perdamaian, keterbukaan, dan pemahaman antarbudaya. Dedikasi dan kontribusinya menjadikannya sosok yang dihormati dalam upaya membangun harmoni di tengah keberagaman.