Semesta media sosial sedang diramaikan dengan rilisnya sebuah sinema superhero berjudul “Superman”. Sinema ini menjadi viral sebab banyak faktor. Pastinya, figur Superman yang memang monumental sejak abad ke 20, baik bagi penikmat seri superhero komik atau sinema secara umum, atau penikmat komik DC. Superman digadang-gadang sebagai superhero pertama yang dikenalkan dalam dunia komik. Muncul pada tahun 1938 M sebagai tonggak awal berkembangnya cerita komik maupun sinema di kemudian hari.
Kini, Superman kembali dibuat ulang/remake sebagai sinema yang mampu menggemparkan para fans. Dibesut oleh James Gunn, seorang sutradara dan penulis skenario Amerika Serikat yang mendalami dunia film sejak 1996. Hasil-hasil nyata dari karyanya dapat dilihat dengan mata telanjang. Ia menggarap seluruh seri Guardian of The Galaxy, Peacemaker dan The Suicide Squad yang mendapat rating tinggi atau fresh, baik di skor IMDB atau Rotten Tomatoes.
Agenda Woke
Agenda woke kerap kali didengar baik di ruang maya atau nyata. Namun, penulis yakin, pembicaraan ini lebih masif terjadi di ruang maya. Woke agenda atau culture merupakan gerakan sadar terhadap isu-isu ketidakadilan sosial, diskriminasi, dan ketidaksetaraan. Agenda woke digunakan sebagai bentuk kesadaran kelompok yang peduli terharap kelompok manusia lain yang mengalami beberapa isu-isu di atas. Term “Woke” sendiri adalah kata slang yang berarti dasar “terjaga” dan “sadar”. Agenda atau kultur ini tumbuh di Amerika Serikat sejak tahun 2010, dan mulai tersebar luas sejak peristiwa terbunuhnya George Floyd pada tahun 2020. Peristiwa ini mungkin lebih familiar dikenal dengan asal muasal munculnya tagar Black Lives Matter.
Ditinjau dari segi konsep serta ideologi dasar, agenda Woke merupakan suatu yang baik dan patut diterima di semua kalangan, sebab ia yang menjunjung kesetaraan dan menumpas marjinalisasi kelompok sosial. Sebagaimana firmal Allah SWT dalam surah Al-Hujurat ayat 13:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti.
Gamblangnya, ayat ini telah menyampaikan bahwa tiada yang lebih pantas sebagai tolok ukur kemuliaan di sisi Tuhan kecuali ketakwaan pada-Nya. Eksistensi bervariasinya manusia yang terbagi menjadi bermacam ras, suku serta perbedaan yang lain, ditujukan untuk saling mengetahui. Adilnya Tuhan dengan memberikan barometer yang bisa digapai seluruh manusia tanpa pandang latar belakang, yakni ketakwaan.
Sayangnya, agenda Woke semakin kemari semakin meleset dari tujuan mulia serta definisi bakunya. Pasca mengangkat perlawanan isu-isu diskriminasi ras atau suku yang merupakan perbedaan, agenda woke justru berkembang menuju perlawanan isu-isu penyimpangan kodrat manusia seperti LGBTQ. Mirisnya lagi, seluruh isu-isu yang dielukan justru dipertujukan untuk perolehan keistimewaan atau privilige bagi mereka, alih-alih menawarkan kesetaraan yang sehat. Woke cenderung mempertahankan dan memperjuangkan simbol-simbol budaya serta kebebesan berekspresi mereka, daripada perwujudan langkah konkret untuk perbaikan.
Woke Positif dalam Superman
Berdasarkan keterangan di atas, woke nampak sebagai suatu term yang negatif dan buruk, sebagaimana prasangka penulis sebelumnya. Namun, penelusuran secara genealogis menunjukkan sisi baik dari woke itu sendiri. Sehingga, nilai-nilai agenda woke yang murni dari campuran penyimpangan, masih dapat diakuisisi oleh nilai-nilai Islam.
Sinema “Superman” berhasil memberikan pesan terselubung yang netizen sebut agenda woke. Namun penulis, lebih suka menyebutnyanya dengan woke positif sebagai pembeda. Sinema ini mampu memberikan penonton dua konflik yang berbeda dalam durasi 2 jam 9 menit. Konflik utama ialah hasrat Lex Luthor untuk mengalahkan Superman sebagai musuh bebuyutannya. Disulut oleh api iri dengki serta hasut dari berbagai aspek, ia menggunakan kecerdasan manusianya secara penuh untuk mengintimidasi Superman. Sedangkan konflik minornya adalah adanya usaha Superman untuk mencegah invasi negara fiksi bernama Boravia, ke negara tetangganya yang bernama Jarhanpur. Di sinilah pesan tersebut disampaikan.
James Gunn berhasil merangkai pesan film dengan kuat dan emosional. Ia menggambarkan penderitaan rakyat Jarhanpur—sebuah negeri tertindas yang melawan dengan alat seadanya melawan kekuatan militer Boravia. Adegan menampilkan anak-anak ikut mempertahankan tanah mereka, menghadapi tentara-tentara bersenjata lengkap. Harapan satu-satunya mereka hanyalah Superman.
Beberapa minggu sebelumnya, Superman telah mengancam Presiden Boravia, Vasil Ghurkos, untuk melakukan gencatan senjata tanpa melukai secara fisik. Rakyat pun melihatnya sebagai simbol harapan. Namun di balik konflik itu, terungkap bahwa Boravia didukung oleh Lex Luthor yang memasok senjata murah dan meminta wilayah sebagai imbalan, berencana mendirikan negara sendiri.
Hubungan gelap Boravia dan Lex Luthor mendapat dukungan tak langsung dari pemerintah Amerika Serikat, membuat aksi Superman dianggap kontroversial secara diplomatik. Namun pada akhirnya, plot ditutup dengan Ghurkos dihentikan oleh Hawkgirl, dan invasi Boravia berhasil ditanggulangi oleh Green Lantern, Metamorpho, dan Hawkgirl.
Plot cerita terkait penindasan negeri yang berdaulat, bagi penulis dan para fans merupakan hal yang terasa familiar di riil kehidupan kini. Sinema seakan memberikan pesan tersembunyi atas konflik geo-politik yang terjadi di Palestina-Israel. Sebuah ketidaksetaraan kondisi dan situasi pertempuran. Peristiwa-peristiwa pelanggaran aturan perang yang selalu dilakukan oleh Israel pada Palestina. Anak-anak, perempuan ikut menjadi korban yang innocent. Analogi public semakian kuat dengan adanya hubungan antara Boravia dengan AS itu sendiri secara militer maupun diplomatis.
James Gunn sendiri, telah memberikan konfirmasi bahwa sinemanya terdiri dari pesan-pesan humanity, bahkan semi politik. Pesan-pesan sedemikian bukan disampaikan untuk diabaikan. Itu adalah pesan yang dekat sekali, dan relate dengan kondisi nyata. Bilamana sinema berhasil membuat penonton peduli kepada nasib rakyat Jarhanpur, maka apa kabar dengan Palestina? Kini, sinema atau layar lebar bukan hanya sebatas hiburan belaka, tetapi instrumen kampanye pesan terbuka. Sensitifitas dan awareness perlu ditingkatkan dan diperkuat, untuk penghayatan serta aplikasi pesan.